www.masjidalfalah.or.id- Sebagai manusia, kita seringkali merasakan cinta. Baik kepada sesama manusia atau kepada harta benda. Hal itu dinilai wajar oleh Ustadz Nadjih Ihsan. Hanya saja ia berpesan agar semua kecintaan itu dilandasi cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam Kajian Muslimah Masjid Al Falah Surabaya, Ustadz Nadjih Insan menjelaskan bahwa tauhidnya seorang muslim adalah mencintai Allah. Karena, dengan mencintai-Nya, seseorang telah melakukan satu ibadah kepada-Nya.
“Letakanlah cinta kita kepada Allah supaya hidup kita ini selamat. Sudah seharusnya cinta yang kita berikan pada-Nya itu 100 persen,” katanya.
Setelah itu, Ustadz Nadjih mengutip surat At-Taubah ayat 24 yang artinya,
“Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”
Melihat dari kutipan ayat tersebut, Ustadz Nadjih mengatakan, kecintaan manusia terhadap manusia lain seperti dalam ayat tersebut adalah fitrah. Pun dengan kecintaannya dengan harta benda. Maka, Allah pun akan menjadi pengambil keputusan yang teradil. Ia akan menimbang-nimbang dan memutuskan, petunjuk apa yang Dia beri.
Jika manusia berpegang pada tauhid, mencintai Allah seutuhnya, maka ia akan diganjar nikmat. Namun, jika sebaliknya, cinta manusia lebih kepada harta benda melebihi Allah, Rasul, dan jihad di jalan-Nya, maka ia pun akan diganjar kesialan.
“Allah tidak melarang umat-Nya mencintai sesama maupun materi duniawi. Namun, Allah lebih menekankan agar cinta pada hal-hal tersebut sesuai dengan yang disyariatkan. Tidak berlebihan,” pungkasnya.
Orang-orang yang cintanya besar pada Allah, maka dalam setiap langkah, kegiatan yang ia lakukan akan diukur dengan norma agama.
“Jika kecintaan seseorang pada Allah telah dikacaukan oleh kedelapan hal seperti dalam surat At-Taubah tadi. Maka bisa dikatakan, orang tersebut terjebak ke dalam syirik,” terang Ustadz Nadjih.
Kecintaan kita pada Allah adalah manifestasi dari syahadat dan tauhid. Sebuah bentuk pengamalan akidah. Semakin kita mencintai-Nya, maka kehidupan akan semakin baik. Tidak akan ada lagi manusia yang merenggut hak orang lain.
Lalu bagaimana kita mencintai Allah sepenuhnya namun tetap mencintai manusia dan harta benda? Ustadz Nadjih menjelaskan bahwa kecintaan pada dunia harus dilandasi kecintaan pada Allah. Misalnya jika mencintai istri, itu karena perinta Allah dan Rasulnya demikian. (ipw)