www.masjidalfalah.or.id- Setelah kejadian penusukan kepada Syekh Ali Jaber Ahad (13/9) lalu, ia justru merasa tenang dan jiwanya adem. Tidak ada trauma atau was-was. Dari mulutnya justru keluar ucapan hamdalah. Ia sudah memaafkan pelakunya. Syekh Ali Jaber mengaku berusaha meniru akhlak Rasulullah saat ditimpa musibah.
Saat itu, seperti penuturannya dalam podcast di saluran Youtube Deddy Corbuzier, Selasa (15/9), pria asal Madinah itu bercerita bahwa ia sempat melarang massa yang akan memukuli pelaku. Saat ada yang menyeret pelaku, ia menegur pria yang menyeret, “Eh, jangan. Itu manusia, bukan sampah,” katanya menirukan perkataannya. Sesaat setelah kejadian, Syekh mengaku tidak lagi memikirkan kejadian itu. Syekh bahkan mengaku tidak mau tahu siapa penyerangnya, motifnya apa dan lain-lain. Ia sudah melupakannya.
“Saya bahkan merasa tenang, saat mengetahui pelaku sudah dalam keadaan aman, tidak di apa-apakan.” Dalam kejadian itu, ia mengaku memilih diam daripada marah. “Jika saya marah, apa manfaatnya? Tidak ada manfaatnya, bahkan akan terjadi hal-hal yang lebih buruk. Jika tidak bisa berkata baik, sebaiknya diam,” kata pria yang kini sudah mendapatkan kewarganegaraan Indonesia itu.
Dalam podcast itu, Syekh Ali Jaber mengatakan, ia mempercayai satu hal bahwa tidak ada sesuatupun yang terjadi kebetulan. “Semua itu terjadi atas izin Allah. Jika kita lari dari takdir, ke takdir. Apa yang kita perbuat, tidak akan mengubah takdir.”
Karena itu saat ia tertimpa musibah Syekh Ali Jaber mengatakan, “Alhamdulillah, innaillahi wa innailaiti rojiun. Ini yang saya pelajari.” Mengapa alhamdulillah di saat musibah? Ia menjelaskan bahwa ini ujiannya, tidak semua mampu mengucap alhamdulillah saat musibah. “Menurut saya, jika kita yakin bahwa ini takdir Allah, kita akan mudah untuk memuji Allah meskipun tertimpa musibah. Di situ saya meyakini, ketenangan akan datang,” katanya.
Karena itu, ia mengaku tidak dendam dengan pelaku. Karena menurutnya, kemuliaan akhlak seseorang justru diuji saat ditimpa musibah. “Saya ini sedang berusaha, apa yang diajarkan Islam, saya terapkan.”
Selanjutnya, ia mencontohkan kisah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saat diberi kotoran unta di kepala beliau ketika Rasullah sedang sujud. Bahkan Ketika di Thaif, beliau berdarah-darah, dan tidak pernah menengadahkan tangannya untuk berdoa agar penduduk Thaif dibalas oleh Allah. Padahal, malaikat sudah memberi tawaran untuk menghimpitkan dua gunung kepada penduduk Thaif, namun Nabi menolak dan memilih mendokaan agar Allah memberi petunjuk mereka.
Menurutnya, bagaimana seorang manusia bisa terus merasakan ketenangan hati dalam menghadapi takdir-takdir Allah tersebut, kuncinya adalah kemuliaan akhlak. Rasulullah, lanjutnya, adalah figur paripurna dalam hal tersebut. Semakin manusia meniru akhlak Rasulullah yang tak hanya disenangi umat Islam, tapi juga dipuji non-Muslim, maka hal itulah inti dari agama.
“Bahkan kemuliaan akhlak itu derajatnya lebih tinggi dari derajat orang tahujud dan puasa,” imbuh Syekh Ali Jaber.
Di akhir podcast, ia kembali berpesan kepada masyarakat agar terus berupaya meniru Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam dalam hal apapun, terutama pada akhlak. (nin)