Pemakaian Jilbab Pada Anak Dinilai Berdampak Buruk Oleh Istri Politisi PSI

www.masjidalfalah.or.id- Baru-baru ini, dunia maya digemparkan dengan pernyataan kontroversi dari seorang Nong Darol Mahmada, wanita yang mengaku sebagai feminis muslim di DW Indonesia. Ia mengkhawatirkan pembentukan pola pikir yang eksklusif kepada anak yang dipaksa memakai jilbab sejak kecil.

Dalam video itu, ia mengatakan bahwa sebenarnya wajar-wajar saja, anak mengikuti keinginan orang tua, namun ia mengkhawatirkan dampak sosial  bagi sang anak.

“Kekhawatiran saya sebenarnya lebih kepada membawa pola pikir si anak itu menjadi eksklusif karena dari sejak kecil dia ditanamkan untuk misalnya “berbeda” dengan yang lain,” kata Darol dalam video DW Indonesia.

Ia kemudian mengatakan, seharusnya anak-anak itu dibiarkan tumbuh menjadi siapapun, menjadi apapun. “Jadi maksudnya, dia tidak harus berbeda dengan anak-anak yang lain. Tetapi jika ia diberi identitas, misalnya jilbab, dengan sendirinya, ia akan mengeksklusifkan dirinya sendiri,” katanya.

Pernyataan itu membuat netizen geram dan mencari tahu, siapa sebenarnya Nong Darol Mahmada itu. Wanita itu disebut-sebut sebagai istri politisi Partai Solidaritas Islam (PSI) yang juga pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL), Guntur Romli.

“Gue baru engeh nara sumber yg dipakai @dw_indonesia istrinya anak PSI @GunRomli yg saat pilkada DKI 2017 mainan fear mongering agama. Pantesan narasinya kayak an**ng,” tulis @Toperendusara1.

Akibat konten yang dibuat, DW Indonesia dituding sengaja menyerang Islam melalui video yang membahas tentang dampak buruk anak dipaksa memakai jilbab.  

“Liputan ini menunjukkan sentimen “islamofobia” n agak memalukan utk kelas @dwnews,” kata anggota DPR yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon melalui akun Twitternya, @fadlizon.

“Pendidikan usia dini penting mengajarkan identitas “siapa aku” agar kita pandai bergaul dengan “siapa kamu”. Gagal mengajarkan identitas bikin orang galau pada usia tua. Inilah akar dari kegagalan menyimpulkan “siapa kita” dengan baik. #BhinekaTunggalIka,” kata Fahri Hamzah melalui akun Twitternya, Sabtu (26/9).

Dari berbagai komentar pedas, DW Indonesia menjawab bahwa konten video yang dibuatnya sudah berimbang.

“Terima kasih atas perhatian Anda pada konten video DW Indonesia, yang menurut kami sudah berimbang, imparsial dan akurat. DW mendorong kebebasan berpendapat dan diskusi terbuka, selama sifatnya adil dan tidak diskriminatif atau berisi hinaan terhadap siapa pun,” kata DW Indonesia melalui akun Twitternya, @dw_indonesia.{}