www.masjidalfalah.or.id- Setiap Muslim tentu familiar dengan kisah tujuh pemuda yang bersembunyi di dalam gua guna menghindari kejaran raja lalim di Byzantium, Decianus karena mendapat tekanan akibat berkeyakinan Islam dan menyembah Allah subhanahu wa ta‘ala. Namun tahukah kita, kisah tersebut menyimpan banyak hikmah berguna bagi para generasi muda saat ini?
Tujuh pemuda yang kabur karena tekanan Raja Decianus itu dikisahkan lari ke sebuah gua dan bersembunyi di dalamnya sambil berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta‘ala. Mereka lantas tidur di dalam gua dan terbangun menyadari bahwa mereka telah tertidur selama berabad-abad lamanya. Saat itu, tak hanya musuh yang sedang mereka hindari yang sudah tidak ada, tapi juga harta kekayaan mereka sudah tiada tersisa lagi.
Cerita tentang tujuh pemuda bangsawan itu pun tertuang dalam Al-Qur‘an surat Al Kahfi. Cerita itu, mengutip About Islam, dapat menjadi hikmah dan pelajaran menarik, khususnya bagi generasi muda Muslim saat ini: bahwa masa muda adalah waktu hidup yang cepat berlalu.
Sedikit pemuda yang memiliki kekuatan untuk menghadapi tantangan, marginalisasi, dan penganiayaan dari teman sebaya. Begitu juga dari keluarga, sesepuh masyarakat, komunitas yang lebih luas dan pemimpin politik. Kaum muda sering kali tidak memiliki pengaruh atau kekuatan ekonomi untuk menangkal bahaya serius dalam hidup mereka.
Kisah tujuh pemuda memaparkan cerita menakjubkan tentang kuatnya iman mereka. Selanjutnya, Allah menganugerahi mereka ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan yang berat. Mereka menyerahkan keluarga, rumah, kekayaan, dan masa depan yang sejahtera, semuanya demi Allah.
Cerita itu sedikit banyak menjelaskan keyakinan yang kuat dapat menyebabkan perubahan sosial besar dan pergeseran paradigma yang terjadi pada tingkat sosial, komunal, dan politik. Namun, perubahan tersebut terjadi seiring waktu sehingga jangan pernah meremehkan kekuatan iman yang benar dan tulus kepada Allah.
Allah menguji mereka yang Dia cintai. Tidak sedikit individu kehilangan semua hal yang dimiliki ketika mereka menyatakan keimanannya. Namun, jika dia lulus ujian maka keberkahan yang diberikan sebelumnya akan kembali ke kehidupan mereka, bahkan dalam bentuk yang lebih baik.
Ketika seorang mukmin yang tulus melewati ujian, maka ada imbalan yang diberikan dalam bentuk yang lain. Sebuah mukjizat bisa terjadi pada orang percaya terutama dalam hal perlindungan dari bahaya yang ditimbulkan oleh orang lain. Perlindungan semacam ini adalah hadiah spesial yang disimpan Allah untuk hamba-hamba-Nya yang istimewa.
Generasi muda saat ini juga harus memilih kesuksesan jangka panjang dalam agama daripada keuntungan duniawi yang bersifat sementara. Hal tersebut tersirat dalam cerita dimana akhirnya ketujuh pemuda itu mendapatkan “kemenangan” atas lawan mereka dengan iman yang utuh.
Banyak tiran bersuka cita ketika mereka mendapatkan sesuatu dengan tidak adil. Namun, hukuman Allah turun secara perlahan tapi pasti. Hanya waktu yang menentukan siapa yang benar-benar menang. Dalam cerita itu, ketujuh pemuda merupakan sisi yang mendapat tawa terakhir.
Kisah itu juga mengajarkan agar umat tidak hanya fokus dalam mengejar status sosial hingga kekayaan agar dapat diterima masyarakat. Tindakan demikian mengartikan bahwa sebenarnya individu itu telah larut dalam agenda dan pola pikir yang terkurung.
Namun, Al-Qur‘an mengajarkan setiap orang cara pandang sebaliknya, bahwa gua sekalipun bisa menjadi tempat berlindung bagi orang-orang beriman dan memiliki keberanian untuk berdiri di jalan Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Wallahu a’lam bish-shawab. (nin)